Ahammiatun
muhasabah pentingnya kita bermuhasabah untuk mengevaluasi kehidupan kita yang
telah kita jalani dan untuk mengambil langkah terbaik apa kedepannya. Sahabat muslim, jika seorang
yang dapat melihat kelemahan dirinya dan dapat menyingkap berbagai hal, niscaya
akan membuat anda terkejut, karena orang yang bersangkutan tiba-tiba membenci
dirinya dan merendahkannya karena merasakan bahwa dirinya hanya melalaikan
hak-hak Allah. Dahulu seorang ulama salaf mengatakan dalam do'anya di Arafah :
"Yaa Allah janganlah engkau menolak orang lain karena kesalahan yang
dilakukan oleh diriku ".
Umar bin Khattaab Radhiallahu ‘anhu berkata didalam
khutbahnya: “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab (di hari kiamat), dan
timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang (di hari kiamat), maka
sesungguhnya hisab itu akan ringan bagi kalian jika kalian menghisabnya hari
ini (di dunia). Begitu juga dengan hari ‘aradl (penampakan amal)
yang agung), Hari tiada sesuatupun dari keadaanmu yang
tersembunyi (bagi Allah).
Muhasabah (menginstrospeksi
diri) itu ada dua macam, sebelum beramal dan sesudahnya.
1. Muhasabah
sebelum beramal yaitu:hendaknya seseorang berhenti sejenak, merenung di saat pertama
munculnya keinginan untuk melakukan sesuatu. Tidak bersegera kepadanya sampai
benar-benar jelas baginya bahwa melakukannya lebih baik daripada
meninggalkannya.
Hasan
al-Bashri berkata, “Semoga Allah merahmati seorang hamba yang berpikir di saat
pertama ia ingin melakukan sesuatu. Jika itu karena Allah ia lanjutkan dan jika
bukan karena-Nya ia menangguhkannya.
2. Muhasabah
sesudah beramal itu ada tiga:
1. Introspeksi
diri atas berbagai ketaatan yang telah dilalaikan, yang itu adalah hak
Allah subhanahu wa ta’ala. Bahwa ia telah melaksanakannya dengan semena-mena,
tidak semestinya. Padahal hak Allah Subhanahu wata’ala berkaitan
dengan satu bentuk ketaatan itu ada enam. Yaitu:
1) ikhlas
dan setia kepada Allah subhanahu wa ta’ala di dalamnya.
2) mengikuti
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam.
3) menyaksikannya
dengan persaksian ihsan.
4) menyaksikannya
sebagai anugerah Allah subhanahu wa ta’alabaginya
5) menyaksikan
kelalaian dirinya di dalam mengamalkannya.
6) Demikian,
ia harus melihat apakah dirinya telah memenuhi keseluruhannya?
2. Introspeksi
diri atas setiap amalan yang lebih baik ditinggalkan daripada dikerjakan.
3. Introspeksi
diri atas perkara yang mubah, karena apa ia melakukannya. Apakah dalam rangka
mengharap keridhaan Allah subhanahu wa ta’ala dan
akhirat, sehingga ia beruntung? Ataukah untuk mengharapkan dunia sehingga ia
merugi?
Bagaimana cara
Muhasabah diri?
ü Dimulai dari perkara yang wajib, apabila kita mendapati adanya
kekurangan kita menyempurnakannya.
ü Kemudian terhadap perkara yang dilarang, jika kita mendapati bahwa kita
melakukan hal yang dilarang, maka hendaknya kita bertaubat, beristigfar dan
berbuat baik.
ü Menghisab diri dari hal – hal yang kita lalai mengerjakannya, kemudian kita
berdzikir.
ü Menghisab diri terhadap gerakan badan, (mata, lisan, kaki dll)
Keutamaan Muhasabah diri
ü Mengetahui aib dirinya.
ü Bertaubat dan
menyesali kesalahannya.
ü Mengetahui hak Allah
terhadapnya.
ü Bersungguh-sungguh didalam
ketaatan dan menjauh diri dari kemaksiaatan.
ü Berahlak baik serta
mengembalikan hak terhadap keluarganya.
Dengan
demikian merugilah Muslim yang menghabiskan umurnya tanpa muhasabah, sehingga
keras hatinya dan buruk perangainya. Padahal, hanya dengan muhasabah semata,
iman seorang Muslim akan terpelihara dan takwa menjadi nyata, Sepatut seorang
muslim selalu muhasabah dirinya setiap hari bahkan setiap saat, bukan hanya
pada akhir tahun atau pada event-event tertentu. Wallahu a’lam. (zza dr
berbagai Sumber)