Rabu, 22 April 2015

Pelihara Iman Dengan Muhasabah



Ahammiatun muhasabah pentingnya kita bermuhasabah untuk mengevaluasi kehidupan kita yang telah kita jalani dan untuk mengambil langkah terbaik apa kedepannya. Sahabat muslim, jika seorang yang dapat melihat kelemahan dirinya dan dapat menyingkap berbagai hal, niscaya akan membuat anda terkejut, karena orang yang bersangkutan tiba-tiba membenci dirinya dan merendahkannya karena merasakan bahwa dirinya hanya melalaikan hak-hak Allah. Dahulu seorang ulama salaf mengatakan dalam do'anya di Arafah : "Yaa Allah janganlah engkau menolak orang lain karena kesalahan yang dilakukan oleh diriku ".
Umar bin Khattaab Radhiallahu ‘anhu berkata didalam khutbahnya: “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab (di hari kiamat), dan timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang (di hari kiamat), maka sesungguhnya hisab itu akan ringan bagi kalian jika kalian menghisabnya hari ini (di dunia). Begitu juga dengan hari ‘aradl (penampakan amal) yang agung), Hari tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).
Muhasabah (menginstrospeksi diri) itu ada dua macam, sebelum beramal dan sesudahnya.
1. Muhasabah sebelum beramal yaitu:hendaknya seseorang berhenti sejenak, merenung di saat pertama munculnya keinginan untuk melakukan sesuatu. Tidak bersegera kepadanya sampai benar-benar jelas baginya bahwa melakukannya lebih baik daripada meninggalkannya.
Hasan al-Bashri berkata, “Semoga Allah merahmati seorang hamba yang berpikir di saat pertama ia ingin melakukan sesuatu. Jika itu karena Allah ia lanjutkan dan jika bukan karena-Nya ia menangguhkannya.
2. Muhasabah sesudah beramal itu ada tiga:
1. Introspeksi diri atas berbagai ketaatan yang telah dilalaikan, yang itu adalah hak Allah subhanahu wa ta’ala. Bahwa ia telah melaksanakannya dengan semena-mena, tidak semestinya.  Padahal hak Allah Subhanahu wata’ala berkaitan dengan satu bentuk ketaatan itu ada enam. Yaitu:
1)     ikhlas dan setia kepada Allah subhanahu wa ta’ala di dalamnya.
2)     mengikuti Rasulullah shalallahu alaihi wa salam.
3)     menyaksikannya dengan persaksian ihsan.
4)     menyaksikannya sebagai anugerah Allah subhanahu wa ta’alabaginya
5)     menyaksikan kelalaian dirinya di dalam mengamalkannya.
6)     Demikian, ia harus melihat apakah dirinya telah memenuhi keseluruhannya?
2. Introspeksi diri atas setiap amalan yang lebih baik ditinggalkan daripada dikerjakan.
3. Introspeksi diri atas perkara yang mubah, karena apa ia melakukannya. Apakah dalam rangka mengharap keridhaan Allah subhanahu wa ta’ala dan akhirat, sehingga ia beruntung? Ataukah untuk mengharapkan dunia sehingga ia merugi?
Bagaimana cara Muhasabah diri?
ü Dimulai dari perkara yang wajib, apabila kita mendapati  adanya kekurangan kita menyempurnakannya.
ü Kemudian terhadap perkara yang dilarang, jika kita mendapati bahwa kita melakukan hal yang dilarang, maka hendaknya kita bertaubat, beristigfar dan berbuat baik.
ü Menghisab diri dari hal – hal yang kita lalai mengerjakannya, kemudian kita berdzikir.
ü Menghisab diri terhadap gerakan badan, (mata, lisan, kaki dll)
Keutamaan Muhasabah diri
ü Mengetahui aib dirinya.
ü Bertaubat  dan menyesali kesalahannya.
ü Mengetahui hak Allah terhadapnya.
ü Bersungguh-sungguh didalam ketaatan dan menjauh diri dari kemaksiaatan.
ü Berahlak baik serta mengembalikan hak terhadap keluarganya.

Dengan demikian merugilah Muslim yang menghabiskan umurnya tanpa muhasabah, sehingga keras hatinya dan buruk perangainya. Padahal, hanya dengan muhasabah semata, iman seorang Muslim akan terpelihara dan takwa menjadi nyata, Sepatut seorang muslim selalu muhasabah dirinya setiap hari bahkan setiap saat, bukan hanya pada akhir tahun atau pada event-event tertentu. Wallahu a’lam. (zza dr berbagai Sumber)

0 komentar:

Posting Komentar