1. Riwayat
Singkat Vygotsky (1896-1934)
Lev Semyonovich Vygotsky lahir pada tahun 1896 di Tsarist Russia, di suatu kota Orscha, Belorussia dari keluarga kelas menengah Keturunan Yahudi. Dia tumbuh dan besar di Gomel, suatu kota sekitar 400 mil bagian barat Moscow. Sewaktu dia masih muda, dia tertarik pada studi-studi kesusastraan dan analisis sastra, dan menjadi seorang penyair dan Filosof. Memasuki usia 18 tahun, dia menulis suatu ulasan tentang Shakespeare's Hamlet yang kemudian dimasukkan dalam satu dari berbagai tulisannya mengenai psikologi. Dia memasuki sekolah kedokteran di Universitas Moscow dan dalam waktu yang tidak lama kemudian dia pindah ke sekolah hukum sambil mengambil studi kesusastraan pada salah satu universitas swasta.
Vygotsky mengajar kesusatraan di suatu sekolah Propinsi sebelum memberi kuliah psikologi pada suatu sekolah keguruan. Dia dipercaya membawakan kuliah psikologi walaupun secara formal tidak pernah mengambil studi psikologi. Dari sinilah dia semakin tertarik dengan kajian psikologi sehingga menulis disertasi Ph.D. mengenai ”Psychology of Art” di Moscow Institute of Psychology pada tahun 1925. Vygotsky bekerja kolaboratif bersama Alexander Luria and Alexei Leontiev dalam membuat dan menyusun proposal penelitian yang sekarang ini dikenal dengan pendekatan Vygotsky. Selama hidupnya Vygotsky mendapat tekanan yang begitu besar dari pemegang kekuasaan dan para penganut idelogi politik di Rusia untuk mengadaptasi dan mengembangkan teorinya. Setelah dia meninggal pada usia yang masih dibilang sangat muda (38 tahun), pada tahun 1934 akibat menderita penyakit tuberculosis (TBC), barulah seluruh ide dan teorinya diterima oleh pemerintah dan tetap dianut dan dipelajari oleh mahasiswanya. Kepeloporannya dalam meletakkan dasar tentang psikologi perkembangan telah banyak mempengaruhi sekolah pendidikan di Rusia yang kemudian teorinya berkembang dan dikenal luas di seluruh dunia hingga saat ini.
2. Pandangan
Vygotsky tentang Perkembangan Kemampuan Manusia
Menanggapi pandangan Piaget yang mengatakan terdapat umur yang dijadikan patokan secara universal seperti umur 0-2 tahun adalah tahapan pengembangan sensory-motor stage, tahap perkembangan sensori motor, umur 2 sampai 5 tahun adalah tahapan preoperational stage, umur 7–11 tahun adalah tahap concrete operation, dan 12 ke atas adalah tahap penguasaan pikiran, Vigostsky mengatakan jangan hanya terikat pada apa yang dijadikan patokan oleh Piaget apa lagi Piaget mengambil penelitian di rumah anak yatim piatu yang sesungguhnya meneliti anak yang pertumbuhannya tidak wajar karena tidak memiliki sanak keluarga kecuali teman-teman mereka sendiri. Padahal sangat perlu adanya interaksi dengan yang lain.
Oleh karena itu, Vigostsky mengajukan teori yang dikenal dengan istilah Zone of Proximal Development (ZPD) yang merupakan dimensi sosio-kultural yang penting sebagai dimensi psikologis. ZPD adalah jarak antara tingkat perkembangan actual dengan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan yang dimaksud terdiri atas empat tahap; Pertama, more dependence to others stage, yakni tahapan di mana kinerja anak mendapat banyak bantuan dari pihak lain seperti teman-teman sebayanya, orang tua, guru, masyarakat, ahli, dan lain-lain.
Dari sinilah muncul model
pembelajaran kooperatif atau kolaboratif dalam mengembangkan kognisi anak
secara konstruktif. Kedua, less dependence external assistence stage, di mana
kinerja anak tidak lagi terlalu banyak mengharapkan bantuan dari pihak lain,
tetapi lebih kepada self assistance, lebih banyak anak membantu dirinya
sendiri. Ketiga, Internalization and automatization stage, di mana kinerja anak
sudah lebih terinternalisasi secara otomatis.
Kasadaran akan pentingnya pengembangan diri dapat muncul
dengan sendirinya tanpa paksaan dan arahan yang lebih besar dari pihak lain.
Walaupun demikian, anak pada tahap ini belum mencapai kematangan yang sesungguhnya
dan masih mencari identitas diri dalam upaya mencapai kapasitas diri yang
matang. Keempat, De-automatization stage, di mana kinerjan anak mampu
mengeluarkan perasaan dari kalbu, jiwa, dan emosinya yang dilakukan secara
berulang-ulang, bolak-balik, recursion. Pada tahap ini, keluarlah apa yang
disebut dengan
deutomatisationsebagai
puncak dari kinerja sesungguhnya.
Untuk mendeskripsikan bagaimana anak berkembang dari tahap kapasitasnya mulai berfungsi hingga masa perkembangan lanjutan, dapat digambarkan sebagai berikut.
Tahapan Perkembangan
Vygostsky adalah seorang ilmuan yang menekankan pada
pentingnya memperhatikan konstruksi sosial. Menurut dia, seluruh perkembangan
dan prilaku manusia selalu ada proses kesesuaian antara prilakunya dengan
konstruksi sosial, process of approriation by behavior. Appropriation berarti
kesesuaian prilaku dengan konstruksi sosial yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat. Oleh karena itu teorinya dikenal dengan istilah sosial
constructivist. Sedangkan, Piaget membangun teorinya lebih pada perkembangan
pribadi perorangan, yang oleh kebanyakan ahli memposisikannya pada teori
personal constructivist. Piaget sangat terkait dengan proses dasar-dasar
biologis manusia. Sedangkan, Vygostsky mengatakan bahwa memang perkembangan
kognitif sangat terkait dengan proses dasar-dasar biologis manusia yang banyak
kemiripannya dengan binatang, tetapi masih ada psikologis tinggi seperti pada
setiap anak lahir dengan membawa rentangan kemampuan, persepsi, dan perhatian
dalam konteks sosial dan pendidikan akan tertransformasikan. Artinya perubahan
itu terjadi kalau anak tersebut dididik dalam konteks sosial melalui hukum
sosial, bahasa, sarana, kebudayaan tertentu yang dapat menjadikan fungsi
psikologis kognisi tinggi. Inilah ciri pandangan Vygostsky yang mendapat
pertentangan yang sangat hebat di Rusia, terutama dari kaum behavioris yang
bernama Ivan Pavlov.
Selanjutnya, Vygostsky juga mengemukakan adanya scaffolded instruction, pembelajaran yang mengikuti lompatan-lompatan, yang dia bagi ke dalam tiga prinsip utama, yaitu holistik yang artinya harus bermakna, harus dalam konteks sosial tertentu, harus memiliki peluang untuk berubah dan terkait antara tingkat yang satu dengan tingkat berikutnya. Kalau ketiga hal ini dapat diwujudkan, maka hal itulah yang disebut dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan timbal balik atau dikenal dengan istilah Reciprocal Teaching Approach. Malah anak itu akan memperoleh tantangan yang terkait dengan aktivitas di luar dari tingkat perkembangannya
Selanjutnya, Vygostsky juga mengemukakan adanya scaffolded instruction, pembelajaran yang mengikuti lompatan-lompatan, yang dia bagi ke dalam tiga prinsip utama, yaitu holistik yang artinya harus bermakna, harus dalam konteks sosial tertentu, harus memiliki peluang untuk berubah dan terkait antara tingkat yang satu dengan tingkat berikutnya. Kalau ketiga hal ini dapat diwujudkan, maka hal itulah yang disebut dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan timbal balik atau dikenal dengan istilah Reciprocal Teaching Approach. Malah anak itu akan memperoleh tantangan yang terkait dengan aktivitas di luar dari tingkat perkembangannya
.
§ Analisis
dan Kontribusi pandangan Vigotsky dalam pendidikan
Menurut saya, Vygotsky telah memberikan kontribusi penting
dalam perkembangan manusia dengan membuka wawasan baru melalui perspektif cross
cultural, lintas budaya. Selain
itu, Vygotsky juga telah menanamkan adanya proses akselerasi dan peningkatan
kadar mental dalam menempuh pendidikan.
Semuanya ini membawa konsekwensi terhadap perubahan
masyarakat informasi, information based society yang menuntut terciptanya human
capacity development, pengembangan kapasitas manusia. Hanya saja, semuanya
dapat menjadi kendala besar terhadap kajian gender, rakyat kecil, dan daerah
terpencil di dalam mengembangkan kapasitas manusia.
Oleh karena itu kita
hendaknya berpikir dan bertindak cepat dalam menciptakan fleksibilitas.
keterbukaan, berpikir kritis dan kreatif dan menumbuhkan dexterity,
ketangkasan, dalam memahami masyarakat yang berbasiskan informasi seperti
sekarang ini. Hal inilah yang merupakan kelanjutan dari pemikiran Vygotsky
tentang cultural, budaya.
Di Indonesia, program penelusuran bakat dan minat yang dikembangkan oleh beberapa universitas negeri dan swasta adalah salah satu bagian yang tak terpisahkan dengan pandangan Vygotsky yang melihat umur bukanlah hal yang sangat prinsipil dalam mengembangkan kreativitas anak. Di Perguruan tinggi seperti di Universitas Negeri Surabaya (UNESA) dan beberapa universitas lainnya, telah mengembangkan program penelusuran bakat dan minat yang mereka beri nama jalur Penelusuran Minat, Bakat, dan Potensi atau disingkat (PMPB). Begitu pentingnya menggali dan mengkonstruksi potensi peserta didik, mereka memberikan ujian masuk tersendiri yang terpisah dari ujian masuk mahasiswa pada umumnya.
Di Indonesia, program penelusuran bakat dan minat yang dikembangkan oleh beberapa universitas negeri dan swasta adalah salah satu bagian yang tak terpisahkan dengan pandangan Vygotsky yang melihat umur bukanlah hal yang sangat prinsipil dalam mengembangkan kreativitas anak. Di Perguruan tinggi seperti di Universitas Negeri Surabaya (UNESA) dan beberapa universitas lainnya, telah mengembangkan program penelusuran bakat dan minat yang mereka beri nama jalur Penelusuran Minat, Bakat, dan Potensi atau disingkat (PMPB). Begitu pentingnya menggali dan mengkonstruksi potensi peserta didik, mereka memberikan ujian masuk tersendiri yang terpisah dari ujian masuk mahasiswa pada umumnya.
Program eskalasi dan akselerasi di sekolah dasar seperti
yang banyak dikembangkan dan dibicarakan sehubungan dengan keinginan untuk
menggali potensi anak berbakat merupakan kontribusi Vygotsky dalam
mengembangkan pendidikan. Eskalasi mengandung pengertian penanjakan kehidupan
mental, sedangkan akselerasi, acceletion, secara singkat diterjemahkan
percepatan (Semiawan, 2002). Lebih jauh, Semiawan (1997) membagi pengertian
akselerasi ke dalam dua bagian. Pertama, akselerasi sebagai model pelayanan
pembelajaran. Kedua, akselerasi kurikulum atau akselerasi program. Pengertian
yang pertama dapat dijalankan dengan memberikan kesempatan yang
sebesar-besarnya kepada anak berbakat untuk melompat ke tingkat yang lebih
tinggi. Misalnya, seorang anak kelas II SD memiliki kemampuan lebih tinggi pada
mata pelajaran matematika. Setelah diberikan tes kemampuan ternyata anak itu
memiliki kemampuan yang sama dengan kemampuan anak yang berada di kelas III SD,
maka anak tersebut diberi kesempatan untuk duduk di kelas III SD khusus untuk
mata pelajaran matematika dan tetap berada di kelas II SD untuk mata pelajaran
lainnya. Sedangkan pengertian yang kedua dapat dijalankan dengan melakukan
peringkasan program. Misalnya, program yang sebenarnya ditempuh dalam waktu
empat bulan dapat dipercepat menjadi satu bulan tanpa mengubah kualitas isi
yang diberikan. Di sisi lain, program eskalasi dapat dijalankan dengan
memberikan pengayaan materi yang memperhatikan fleksibilitas dan keterampilan
berpikir kritis dan kreatif. Seperti dalam program akselerasi, program pengayaan
dapat dilakukan secara horizontal dan vertikal. Pengayaan horizontal mengandung
pengertian kesejajaran tingkat pengayaan yang diberikan kepada kelas yang sama,
sedangkan pengayaan vertikal dapat dijalankan dengan memberikan pengayaan pada
kelas yang lebih tinggi.
0 komentar:
Posting Komentar