1.
Bersifat Theosentris
Allah Berfirman :
Allah Berfirman :
øÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏèt ¢Óo_ç6»t w õ8Îô³è@ «!$$Î/ ( cÎ) x8÷Åe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOÏàtã ÇÊÌÈ
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar".(Q.S. Luqman: 13)
Hadist mengenai hal ini :
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu’anhu, dai telah berkata :” Aku
pernah bertanya kepada Rasulullah Saw:” wahai rasulullah apakah dosa yang
paling besar disisi Allah?” Rasulullah Saw kemudian bersabda:”engkau menjadikan
sesuatu atau beranggapan bahwa ada sesuatu yang sebanding dengan Allah,
sedangkan Dialah yang menciptakan kamu.” Aku kemudian berkata” sesungguhnya
dosa yang demikian memanglah besar, kemudia apa lagi? Rasulullah bersabda:”
kemudian engkau membunuh anakmu karena khawatir fakir lantaran dia makan
bersamamu. Aku bertanya lagi:” kemudian apa lagi?, rasulullah Saw kemudian
bersabda “engkau berzina dengan istri tetanggamu.”
Pendapat Ulama mengenai hal ini :
Syeikh Thusi dalam kitab Tajrid al I'tiqâd mengatakan,
"Kebijaksanaan, hikmah, dan keteraturan segala eksistensi di alam ini
merupakan dalil keberadaan ilmu Tuhan terhadap segala sesuatu."
2.
Berdasarkan wahyu (al Qur’an, Hadits dan pemikiran ulama yang
didasarkan pada al Qur’an dan Hadits)
Sebagaimana
firman Allah:
y7Ï9ºs Ü=»tGÅ6ø9$# w |=÷u ¡ ÏmÏù ¡ Wèd z`É)FßJù=Ïj9 ÇËÈ
Artinya: “Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada
keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”(Q.S.al-Baqoroh:2)
Al-Qur’an adalah suatu formula, di dalamnya terdapat sains yang perlu dipikirkan oleh manusia.Sebagaimana firman Allah:
öqs9
$uZø9tRr&
#x»yd
tb#uäöà)ø9$#
4n?tã
9@t6y_
¼çmtF÷r&t©9
$Yèϱ»yz
%YæÏd|ÁtFB
ô`ÏiB
Ïpuô±yz
«!$#
4
ù=Ï?ur
ã@»sVøBF{$#
$pkæ5ÎôØtR
Ĩ$¨Z=Ï9
óOßg¯=yès9
crã©3xÿtGt
ÇËÊÈ
Artinya: “kalau Sekiranya
Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya
tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan
perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.”
(Q.S Al-hasyr: 21)
Hadist mengenai hal ini :
Rasulullah
SAW bersabda :
“aku tinggalkan di tengah-tengah kalian dua
perkara. Selama kalian berpegang teguh dengan keduanya tidak akan tersesat
selama lamanya, yaitu kitabullah (al-Qur'an) dan sunnahku(hadits). Tidak akan
bercerai-berai sehingga keduanya menghantarku ke telaga(surga).''(di shahih kan
Al-Albani dalam kitab Shahihul Jami)
Pendapat Ulama mengenai hal ini:
Ar-Roziy berkata dalam kitab Aqsaamul Ladzdzat : Saya telah
menelaah buku-buku ilmu kalam dan manhaj filsafat, tidaklah saya mendapatkan
kepuasan padanya lalu saya memandang manhaj yang paling benar adalah manhaj
Al-Qur’an. Abu Hamidz Al-Ghozali berkata di awal kitabnya Al-Ihya : “Jika kamu
bertanya : ‘Mengapa dalam pembagian ilmu tidak disebutkan ilmu kalam dan
filsafat dan mohon dijelaskan apakah keduanya itu tercela atau terpuji ?’ maka
ketahuilah hasil yang dimiliki ilmu kalam dalam pembatasan dalil-dalil yang
bermanfaat, telah dimiliki oleh Al-Qur’an dan Hadits (Al-Akhbaar)
3.
Meyakini adanya yang ghoib
Bukan
hanya sekedar mengajarkan yang ghoib, tetapi juga bagaimana cara meyakininya,
begitu juga kontekstualisasi materi yang tidak ghoib dengan nilai-nilai
ghaibiyah-Nya (Nilai-nilai Ke-esaan Allah).
Sebagaimana
firman Allah:
tA$s%
$pkr'¯»t
(#àsn=yJø9$#
öNä3r&
ÓÍ_Ï?ù't
$pkÅöyèÎ/
@ö6s%
br&
ÎTqè?ù't
úüÏJÎ=ó¡ãB
ÇÌÑÈ tA$s%
×MÌøÿÏã
z`ÏiB
Çd`Éfø9$#
O$tRr&
y7Ï?#uä
¾ÏmÎ/
@ö6s%
br&
tPqà)s?
`ÏB
y7ÏB$s)¨B
(
ÎoTÎ)ur
Ïmøn=tã
;Èqs)s9
×ûüÏBr&
ÇÌÒÈ tA$s%
Ï%©!$#
¼çnyZÏã
ÒOù=Ïæ
z`ÏiB
É=»tGÅ3ø9$#
O$tRr&
y7Ï?#uä
¾ÏmÎ/
@ö6s%
br&
£s?öt
y7øs9Î)
y7èùösÛ
4
$£Jn=sù
çn#uäu
#
É)tGó¡ãB
¼çnyZÏã
tA$s%
#x»yd
`ÏB
È@ôÒsù
În1u
þÎTuqè=ö6uÏ9
ãä3ô©r&uä
÷Pr&
ãàÿø.r&
(
`tBur
ts3x©
$yJ¯RÎ*sù
ãä3ô±o
¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9
(
`tBur
txÿx.
¨bÎ*sù
În1u
@ÓÍ_xî
×LqÌx.
ÇÍÉÈ
Artinya: Berkata
Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang
sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai
orang-orang yang berserah diri".
berkata 'Ifrit (yang
cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa
singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; Sesungguhnya
aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya".
Berkatalah seorang yang mempunyai
ilmu dari AI Kitab"Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu
berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di
hadapannya, iapun berkata: "Ini Termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku
Apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan Barangsiapa yang
bersyukur Maka Sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan
Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha
Mulia".(Q.S An-Naml: 38 – 40)
Hadist
mengenai hal ini :
1.
لَوْلَا
أَنْ لَا تَدَافَنُوا لَدَعَوْتُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُسْمِعَكُمْ من
عَذَابَ الْقَبْرِ ما أسمعني
“Seandainya kalian tidak akan saling menguburkan, tentulah
aku akan berdoa kepada Allah agar memperdengarkan kepada kalian siksa kubur
yang aku dengar.” (HR. Muslim 7393, Ahmad 12026, dari sahabat
Anas bin Malik radhilallahu’anhu)”
Pendapat
Ulama mengenai hal ini:
Imam Sayyidina Ali ra mengatakan yang maknanya: “Sesungguhnya
yang menciptakan ayna (tempat) tidak boleh dikatakan bagi-Nya di mana
(pertanyaan tentang tempat), dan yang menciptakan kayfa (sifat-sifat makhluk)
tidak boleh dikatakan bagi-Nya bagaimana“
4. Belajar
mengajar adalah sama dengan ibadah, dan selalu dikaitkan dengan pengabdian
kepada Allah.
Belajar haruslah jisman, ruhan dan do’a. Dengan
kata lain dia adalah orang yang khidmad dalam beribadah kepada Allah.
Seperti Firman Allah:
ö@è%
(#rçÅ
Îû
ÇÚöF{$#
(#rãÝàR$$sù
y#ø2
r&yt/
t,ù=yÜø9$#
4
¢OèO
ª!$#
à×Å´Yã
nor'ô±¨Y9$#
notÅzFy$#
4
¨bÎ)
©!$#
4n?tã
Èe@à2
&äóÓx«
ÖÏs%
ÇËÉÈ
Artinya: “Katakanlah:
"Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah
menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali
lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. Ankabut:
20)
Hadist mengenai Hal ini :
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
وَوَاضِعُ الْعِلْمِ عِنْدَ غَيْرِ أَهْلِهِ كَمُقَلِّدِ الْخَنَازِيرِ
الْجَوْهَرَ وَاللُّؤْلُؤَ وَالذَّهَبَ
Artinya: “menuntut ilmu merupakan
kewajiban bagi setiap muslim dan orang yang memberikan ilmu yang bukan ahlinya
seperti orang yang mengikatkan batu permata mutiara dan emas pada babi.
Pendapat
Ulama mengenai hal ini:
Menurut
Al-Ghazali Pendidikan merupakan ibadah dan upaya peningkatan kualitas diri.
Pendidikan yang baik merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan
mendapatkan kebahagiaan dunia-akhirat.
5.
Meyakini adanya
kehidupan sebelum dan sesudah mati.
Belajar tidak hanya untuk kehidupan ketika
hidup saja, tetapi juga untuk kehidupan sesudah mati.
Seperti Firman Allah:
tûïÏ%©!$#
tbqãZÏB÷sã
Í=øtóø9$$Î/
tbqãKÉ)ãur
no4qn=¢Á9$#
$®ÿÊEur
öNßg»uZø%yu
tbqà)ÏÿZã
ÇÌÈ tûïÏ%©!$#ur
tbqãZÏB÷sã
!$oÿÏ3
tAÌRé&
y7øs9Î)
!$tBur
tAÌRé&
`ÏB
y7Î=ö7s%
ÍotÅzFy$$Î/ur
ö/ãf
tbqãZÏ%qã
ÇÍÈ y7Í´¯»s9'ré&
4n?tã
Wèd
`ÏiB
öNÎgÎn/§
(
y7Í´¯»s9'ré&ur
ãNèd
cqßsÎ=øÿßJø9$#
ÇÎÈ
Artinya: “(yaitu) mereka
yang beriman kepada yang ghaib yang mendirikan shalat, dan menafkahkan
sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
Dan mereka yang beriman
kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang
telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
mereka Itulah yang tetap
mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.”
(Q.S.
Al-Baqarah: 3 – 5)
Pendapat Ulama mengenai
hal ini:
Asy-Syahrastani
dalam bukunya Al-Milal wa An-Nihal (I:297),
"Ketika aku menemukan
kehidupan (duniawi) kutemukan bahwa
akhir kehidupan adalah kematian, namun ketika aku menemukan kematian, aku pun menemukan
kehidupan abadi. Karena itu, kita harus prihatin dengan kehidupan (duniawi) dan
bergembira dengan kematian. Kita hidup untuk mati dan mati untuk hidup."
6. Didalam
pendidikan terdapat pahala dan dosa.
Segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia
pasti mendapat balasan dari Allah. Begitu juga dalam proses belajar mengajar,
segala sesuatunya akan dibalas baik berupa pahala ataupun dosa.
Seperti Firman Allah:
wur
ß#ø)s?
$tB
}§øs9
y7s9
¾ÏmÎ/
íOù=Ïæ
4
¨bÎ)
yìôJ¡¡9$#
u|Çt7ø9$#ur
y#xsàÿø9$#ur
@ä.
y7Í´¯»s9'ré&
tb%x.
çm÷Ytã
Zwqä«ó¡tB
ÇÌÏÈ
Artinya: ”Dan janganlah
kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya.” (Q.S. Al-Israa’: 36)
Hadits mengenai hal ini :
مَنْ سَنَّ فِي الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ
أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ، وَمَنْ سَنَّ فِي الإِسْلاَمِ
سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ
بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ
”Siapa saja yang
mencontohkan di dalam Islam contoh yang baik maka untuknya pahalanya dan pahala
siapa saja yang melakukannya setelah dia karena mencontohnya tanpa berkurang
pahala mereka sedikitpun. Siapa saja yang mencontohkan di dalam Islam contoh
yang buruk maka atasnya dosanya dan dosa siapa saja yang melakukannya setelah
dia karena mencontohnya tanpa berkurang dosa mereka sedikitpun” (HR Muslim, Ahmad, Ibn Majah dan an-Nasa’i
Pendapat
Ulama mengenai hal ini:
Abu Ja’far
Ahmad bin Muhammad Ath-Thahawi rahimahullahu menjelaskan: “Tidak akan kokoh
fondasi Islam melainkan di atas sikap berserah diri dan menerima. Barangsiapa
berusaha menggali ilmu yang dilarang untuk diilmui dan tidak merasa puas dengan
menyerahkan pemahamannya, maka keinginannya akan menghalangi dirinya dari
kemurnian tauhid, kebersihan ilmu, dan iman yang benar. Sehingga dia menjadi
orang yang bimbang antara kufur dan iman, antara membenarkan dan mendustakan,
antara menetapkan dan mengingkari. Dia juga akan ternodai oleh bisikan-bisikan
yang menyesatkan dan mendatangkan keragu-raguan. Dia bukan seorang yang beriman
dan membenarkan, bukan pula seorang penentang yang mendustakan.”
7. Akal
dan ilmu manusia terbatas, yang tidak terbatas ialah ilmu Tuhan.
Akal dan ilmu manusia bisa berkembang tetapi
tetap ada batasnya. Sedangkan ilmunya Allah tiada terbatas dan
merupakan kebenaran yang hakiki.
Seperti Firman Allah:
,ysø9$# `ÏB y7Îi/¢ ( xsù ¨ûsðqä3s? z`ÏB tûïÎtIôJßJø9$# ÇÊÍÐÈ
Artinya: “kebenaran itu
adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu Termasuk orang-orang
yang ragu.”
(Q.S.al-Baqoroh:147)
Hadits
mengenai hal ini:
كما
أن للعين حدا تقف عنده كذلك للعقل حد يقف عنده
“Sebagaimana
mata memiliki keterbatasan yang ia pasti berhenti padanya, maka akal juga
memiliki keterbatasan yang ia harus berhenti padanya.”
Pendapat Ulama mengenai
hal ini:
Ibnu Katsir dalam masalah ini. Beliau berkata,
“Ini adalah kunci-kunci gaib.yang hanya diketahui oleh Allah, tidak ada seorang
yang tahu kecuali setelah pemberitahuan dari Allah.maka ilmu tentang kiamat
tidak diketahui Nabi pun dan juga malaikat.
8.
Akal dan Ilmu terikat oleh norma dan nilai tegaknya dakwah kepada
keimanan berdasarkan kepuasan (kemantapan) akal.
Artinya, keimanan tidak berarti mematikan akal,
bahkan Islam menyuruh akal untuk beramal pada bidangnya sehingga mendukung
kekuatan iman dan tidak ada ajaran manapun yang memuliakan akal sebagaimana
Islam memuliakannya, tidak menyepelekan dan tidak pula berlebihan.
Allah Berfirman:
tRqè=t«ó¡our
Ç`tã
Çyr9$#
(
È@è%
ßyr9$#
ô`ÏB
ÌøBr&
În1u
!$tBur
OçFÏ?ré&
z`ÏiB
ÉOù=Ïèø9$#
wÎ)
WxÎ=s%
ÇÑÎÈ
Artinya: “Dan mereka bertanya
kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan
tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (Q.S.
Al-Israa’: 85)
Hadist
mengenai hal ini:
Sabda nabi :
رُوْا فِيْ اللهِ عَزَّ وَجَلَّتَفَكَّرُوْا فِيْ أَلاَءِ اللهِ وَلاَ تَفَكَّ
Artinya : “Berpikirlah pada makhluk-makhluk
Allah dan jangan berpikir pada Dzat Allah.” (HR. Ath-Thabrani, Al-Lalikai dan
Al-Baihaqi dari Ibnu ‘Umar, lihat Ash-Shahihah)
Pendapat Ulama tentang hal ini:
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:
“Menentang para rasul atau berita mereka dengan ma’qulat (sesuatu yang dianggap
masuk akal) adalah metode orang-orang kafir.” (Mukhtashar Ash-Shawa’iq
Al-Mursalah hal. 121)
9.
Terdapat
hak-hak Tuhan dan manusia lainnya terhadap ilmu yang dimiliki oleh seseorang.
Ilmu yang berhubungan dengan hak Tuhan yaitu
ilmu untuk diterangkan , sedangkan yang berhubungan dengan hak manusia yaitu
untuk mendapatkan manfaat dari ilmu itu.
Allah Berfirman:
$pkr'¯»t
tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
(#þqè%
ö/ä3|¡àÿRr&
ö/ä3Î=÷dr&ur
#Y$tR
$ydßqè%ur
â¨$¨Z9$#
äou$yfÏtø:$#ur
$pkön=tæ
îps3Í´¯»n=tB
ÔâxÏî
×#yÏ©
w
tbqÝÁ÷èt
©!$#
!$tB
öNèdttBr&
tbqè=yèøÿtur
$tB
tbrâsD÷sã
ÇÏÈ
Artinya: “Hai orang-orang
yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S.at-Tahrim:6)
Hadits mengenai hal ini:
Rasulullah Saw
bersabda :
َنْ اَرَادَ الدَّ نْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
وَ مَنْ اَرَادَ الأَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَ مَنْ اَرَادَ هُمَا
فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
Artinya: “Barangsiapa menghendaki hidup
(kebaikan) di dunia maka kepadanya dengan ilmu dan barangsiapa menghendaki
kehidupan (baik) di akherat maka dengan ilmu dan barangsiap menghendaki keduanya
maka juga dengan ilmu.”(HR. Bukhori dan Muslim)
Pendapat Ulama mengenai hal ini:
Ibnu al Qayyim berkata: Hak Allah adalah menyembahnya
berdasarkan perintah, bukan dengan hawa nafsu, karena hawa nafsu itu untuk
setan.
Tanpa disertai kesyirikan kepada-Nya sedikitpun, karena keduanya (menyembah dan menjauhi kesyirikan) adalah sebab keselamatan, maka betapa hebanya kedua sebab ini.Tidak ada yang akan selamat dari kemurkaan dan neraka Allah, kecuali orang yang menegakkan kedua sebab di atas
Tanpa disertai kesyirikan kepada-Nya sedikitpun, karena keduanya (menyembah dan menjauhi kesyirikan) adalah sebab keselamatan, maka betapa hebanya kedua sebab ini.Tidak ada yang akan selamat dari kemurkaan dan neraka Allah, kecuali orang yang menegakkan kedua sebab di atas
10.
Tujuan
Pendidikan adalah terbentuknya insan kamil.
Insan kamil adalah manusia yang faham dan bisa
mengaplikasikan hablum minalllah dan hablum minannas. Sehingga mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Allah Berfirman:
Oßg÷YÏBur
`¨B
ãAqà)t
!$oY/u
$oYÏ?#uä
Îû
$u÷R9$#
ZpuZ|¡ym
Îûur
ÍotÅzFy$#
ZpuZ|¡ym
$oYÏ%ur
z>#xtã
Í$¨Z9$#
ÇËÉÊÈ
Artinya : “Dan di antara mereka ada
orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka.” (Q.S.al-Baqoroh:201)
Tujuan akhir
ini hanya mungkin dapat tercapai bila tahap sebelumnya dapat diterapkan, yaitu
menempatkan manusia dalam kehidupannya sebagai pengabdi yang setia kepada
Allah.
Allah Berfirman:
$tBur
àMø)n=yz
£`Ågø:$#
}§RM}$#ur
wÎ)
Èbrßç7÷èuÏ9
ÇÎÏÈ
Artinya: ”Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S Adz-Dzariyaat:56)
Hadits menangai hal ini:
“Barang
siapa yang mempelajari ilmu pengetahuan yang semetinya mencari ridho Allah.
Kemudian ia mempelajarinya untuk mendapatkan kududukan / duniawai. Maka ia
tidak akan mendapatkan baunya syurga kelak dihari kiamat.” ( HR. Abu Daud)
Pendapat Ulama mengenai
hal ini:
Khaldun berpendapat bahwa
pendidikan berusaha untuk melahirkan masyarakat yang berkebudayaan dan bekerja
untuk melestarikan eksistensi masyarakat selanjutnya.maka pendidikan akan
mengarahkan pada pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas.
11.
Evaluasi
diri sendiri dan Tuhan.
Rangkaian akhir dari komponen suatu sistem
pendidikan yang penting adalah penilaian (evaluasi). Filsafat pendidikan Islam
meyakini bahwa evaluasi suatu pendidikan dilakukan secara pribadi dan Allah.
Allah Berfirman:
zN¯=tæur
tPy#uä
uä!$oÿôF{$#
$yg¯=ä.
§NèO
öNåkyÎztä
n?tã
Ïps3Í´¯»n=yJø9$#
tA$s)sù
ÎTqä«Î6/Rr&
Ïä!$yJór'Î/
ÏäIwàs¯»yd
bÎ)
öNçFZä.
tûüÏ%Ï»|¹
ÇÌÊÈ
Artinya: “Dan Dia
mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang
benar!" (Q.S Al-Baqarah: 31)
Hadits mengenai hal ini :
مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى
اللهَ وَمَنْ أَطَاعَ أَمِيْرِي فَقَدْ أَطَاعَنِي وَمَنْ عَصَى أَمِيْرِي فَقَدْ
عَصَانِي
“Barangsiapa
yang taat kepadaku berarti dia telah taat kepada Allah, dan barangsiapa yang
bermaksiat terhadapku berarti telah bermaksiat kepada Allah. Barangsiapa yang
taat kepada amirku berarti dia telah taat kepadaku dan barangsiapa yang
bermaksiat kepada amirku maka dia telah bermaksiat kepadaku.” (HR. Al-Bukhari,
Kitabul Ahkam, Bab Qaulullah ta’ala: Wa Athi’ullah..., no. 6603)
Pendapat Ulama mengenai
hal ini:
Imam al-Ghazali menuliskan bahwa manusia diperintah untuk
berusaha meningkatkan sifat-sifat yang ada pada dirinya supaya mencapai
kesempurnaan. Namun demikian bukan berarti bila ia telah sempurna maka akan
memiliki sifat-sifat seperti sifat-sifat Allah.
teruskan update file2 tugasnya, , ,
BalasHapussupaya ada jejaknya kelak jika membutuhkannya
yayaya
BalasHapus