BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
landasan-landasan pengembangan kurikulum
Kurikulum merupakan track yang harus dilalui peserta
didik dalam pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Kurikulum yang
digunakan dalam pendidikan meskipun sudah dirumuskan dengan sangat baik tetapi
masih memiliki kekurangan terutama dalam pelaksanaannya. Maka dari itu pengembangan
kurikulumpun menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dalam dunia
pendidikan. Dalam pengembangan kurikulum terdapat istilah yang dinamakan
landasan pengembangan kurikulum.
pengembangan kurikulum dilakukan
dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan pendidikan nasional.[1]
landasan pengembangan kurikulum
memiliki peranan yang sangat penting, kurikulum apabila diibaratkan sebagai
bangunan gedung yang tidak menggunakan landasan dan fondasi yang kuat, maka
ketika terkena angin akan tergoncang dan bangunan jadi roboh. demikian halnya
dengan kurikulum, apabila tidak memiliki landasan atau dasar pijakan yang kuat, maka kurikulum
akan mudah terombang-ambing dan yang dipertaruhkan adalah manusia.
Kurikulum sendiri sebagai suatu sistem terdiri atas
empat komponen, yaitu komponen tujuan (aims, goals, objectives), isi/materi
(contents), proses pembelajaran (learning activities) dan komponen evaluasi
(evaluations).Setiap komponen bisa menjalankan fungsinya secara tepat dan
bersinergi, jika ditopang oleh sejumlah landasan.
2.2 Landasan-landasan
dalam pengembangan Kurikulum
Secara umum landasan pokok dalam pengembangan kurikulum adalah landasan
filosofis, landasan psikologis, landasan sosiologis dan landasan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek). Ketiga landasan tersebut akan diuraikan
dibawah ini
a)
Landasan
Filosofis Pengembangan Kurikulum.
Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan
dari pemikiran-pemikiran filsafat untuk memecahkan permasalahan
pendidikan.Pandangan-pandangan filsafat sangat dibutuhkan dalam pendidikan
terutama dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Filsafat atau pandangan
hidup yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok masyarakat tertentu atau
bahkan perorangan akan sangat mempengaruhi tujuan pendidikan yang ingin
dicapai. Di Indonesia tujuan Pendidikan Nasional Indonesia bersumber pada
pandangan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila.Landasan
dan arah yang ingin diwujudkan oleh pendidikan di Indonesia adalah yang sesuai
dengan kandungan falsafah Pancasila itu sendiri.
Pada hakikatnya kurikulum merupakan alur atau tahapan
yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.Pengembangan kurikulum
membutuhkan filsafat sebagai acuan atau landasan berpikir. Landasan filsafat
tertentu beserta konsep-konsepnya yang meliputi konsep metafisika,
epistomologi, logika dan aksiologi akan berimplikasi terhadap konsep-konsep
pendidikan yang meliputi rumusan tujuan pendidikan, isi pendidikan, metode
pendidikan, peranan pendidikan dan peserta didik.
Filsafat
memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Ada empat fungsi filsafat dalam proses pengembangan kurikulum. Pertama, Filsafat sebagai pandangan
hidup atau value sitem, maka dapat ditentukan mau dibawa kemana siswa yang kita
didik itu. Kedua, filsafat dapat
menentukan isi atau materi pelajaran yang harus diberikan sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai. Ketiga, filsafat
dapat menentukan strategi atau cara pebcapaian tujuan. Filsafat dalam sitem
nilai dapat dijadikan sebagai pedoman dalam merancang kegiatan pembelajaran. Keempat, melalui filsafat dapat
ditentukan bagaimana menentukan tolak ukur keberhasilan proses pendidikan.[2]
Dalam filsafat pendidikan kita dikenalkan pada berbagai aliran
filsafat, seperti : perenialisme, essensialisme, eksistesialisme,
progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun
senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan
mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan
merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan
tentang isi dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan
kurikulum.
1.
Perenialisme lebih
menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan
budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan
kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini
menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada
tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
2.
Essensialisme menekankan
pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada
peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika,
sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi
kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan
perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
3.
Eksistensialisme menekankan
pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk
memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini
mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia ? Apa pengalaman itu ?
4.
Progresivisme menekankan
pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik,
variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi
pengembangan belajar peserta didik aktif.
5.
Rekonstruktivisme merupakan
elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban
manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan
individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan
tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan
mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan
sesuatu ? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.[3]
Aliran
Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan aliran
filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum
Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi
pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi.Sementara, filsafat
rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model Kurikulum
Interaksional.
Masing-masing
aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri.Oleh karena
itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung
dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan
berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan.
b). Landasan Psikologis
Pengembangan Kurikulum.
Kurikulum
sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan berhubungan erat dengan proses
perubahan perilaku peserta didik. Kurikulum diharapkan dapat menjadi alat untuk
mengembangkan kemampuan potensial menjadi kemampuan aktual peserta didik serta
kemampuan-kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu yang relatif lama.
Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh asumsi-asumsi yang bersasal dari
psikologi yang meliputi kajian tentang apa dan bagaimana perkembangan peserta
didik serta bagaimana peserta didik belajar. Terdapat dua cabang psikologi yang
sangat diperhatikan dalam pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan
dan teori belajar.
Pemahaman tentang peserta didik
sangat penting dalam pengembangan kurikulum. Melalui kajian mengenai peserta
didik, diharapkan upaya pendidikan yang dilakukan sesuai dengan karakteristik
peserta didik, baik penyesuaian dari segi kemampuan yang harus dicapai, materi
atau bahan yang harus disampaikan, proses penyampaian atau pembelajarannya dan
penyesuaian dari segi evaluasi pembelajaran.
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua
bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu
1. Psikologi
perkembangan.
Psikologi
perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang
hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan,
tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan
perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dan mendasari pengembangan kurikulum
2.Psikologi belajar.
Psikologi
belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks
belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori
belajar, serta berbagai aspek perilak individu lainnya dalam belajar, yang
semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari
pengembangan kurikulum.[4]
berkenaan dengan landasan psikologis, Ella
Yulaelawati memaparkan teori-teori psikologi yang mendasari Kurikulum Berbasis
Kompetensi.Dengan mengutip pemikiran Spencer, Ella Yulaelawati mengemukakan
pengertian kompetensi bahwa kompetensi merupakan “karakteristik mendasar dari
seseorang yang merupakan hubungan kausal dengan referensi kriteria yang efektif
dan atau penampilan yang terbaik dalam pekerjaan pada suatu situasi“.
Selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe kompetensi, yaitu :
1.
motif; sesuatu
yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau keinginan untuk
melakukan suatu aksi.
2.
bawaan; yaitu
karakteristik fisik yang merespons secara konsisten berbagai situasi atau
informasi.
3.
konsep diri; yaitu
tingkah laku, nilai atau image seseorang;
4.
pengetahuan; yaitu
informasi khusus yang dimiliki seseorang; dan
5.
keterampilan; yaitu
kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun mental.
Kelima
kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan sumber
daya manusia atau pendidikan.Keterampilan dan pengetahuan cenderung lebih
tampak pada permukaan ciri-ciri seseorang, sedangkan konsep diri, bawaan dan
motif lebih tersembunyi dan lebih mendalam serta merupakan pusat kepribadian
seseorang.Kompetensi permukaan (pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah
dikembangkan.Pelatihan merupakan hal tepat untuk menjamin kemampuan
ini.Sebaliknya, kompetensi bawaan dan motif jauh lebih sulit untuk dikenali dan
dikembangkan.
c) Landasan
Sosiologis-Teknologis dalam pengembangan kurikulum
Kehidupan masyarakat dan budaya dengan segala
karakteristiknya harus menjadi landasan dan tiitk tolak dalam melaksanakan
pendidikan, karena kita merupakan bagian dari masyarakat, mendapat pendididkan
dalam lingkungan masyarakat dan diharapkan mampu terjun dalam kehidupan
bermasyarakat.Pengembangan kurikulumpun harus mampu mempersiapkan individu agar
menjadi warga masyarakat yang diharapkan.
Kurikulum
dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan.Sebagai suatu rancangan,
kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan.Kita maklumi bahwa
pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke
lingkungan masyarakat.Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun
memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup,
bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.Peserta didik
berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal
dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat
pula.Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya
menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.
Dengan
pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang menjadi
terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan
dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena
itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan,
kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.
Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial budaya
tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota
masyarakat. Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan
nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga
masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik
atau segi-segi kehidupan lainnya.
Sejalan
dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga
turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan
perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di
sekitar masyarakat. Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997)
mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu,
turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan
datang. Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya
mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial – budaya
dalam suatu masyarakat,baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.
d) Landasan
IPTEK dalam Pengembangan Kurikulum.
Pada
awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia masih relatif
sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat.
Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan
dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang
Akal manusia
telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang tidak
mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau
manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo
berhasil mendarat di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang
berhasil menginjakkan kaki di Bulan.
Kemajuan
cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir
telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia
sebelumnya.Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan
politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan
cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal.
Selain itu,
dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan
melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi.Sifat
pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan
canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan
meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar
(learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta
mengatasi siatuasi yang ambigu dan antisipatif terhadap
ketidakpastian.Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan
kehidupan manusia.Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan
mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga
peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan.
2.3
Pengertian Prinsip-prinsip
Pengembangan Kurikulum
secara gramatikal, prinsip berarti
asa, dasar, keyakinan, dan pendirian. dari pengertian tersebut bahwa kata prinsip menunjukkan pada
suatu hala yang sangat penting,
mendasar, harus diperhatikan, memiliki sifat mengatur dan mengarahkan.
prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum menunjukkan pada suatu pengertian
tentang berbagai hal yang harus dijadikan patokan dalam menentukan berbagai hal yang harus
terkait dngan pengembangan kurikulum, terutama pada fase perencanaan.
2.4
Prinsip-prinsip
pengembangan Kurikulum
Ada jenis-jenis dasar dalam pengembangan kurikulun, prinsip dasar ini
dipandang sebagai pandangan dasar yang benar dalam pengembangan kurikulum.
Prinsip-prinsip ini dibedakan oleh tingkat keefektifannya yang diketahui lewat
tingkat resikonya. Pemahaman akan perbedaan ini sangat penting sebelum menetapkan
prinsip-prinsip dasar untuk pengembangan sebuah kurikulum. Dalam Olivia (1991 :
29-30) prinsip-prinsip pengembangan kurikilum terbagi menjadi dua
bagian:
a. Prinsip Umum
Ada beberapa
prinsip umum dalam pengembangan kurikulum.
Ø Prinsip relevansi
prinsip relevansi terbagi atas dua, yaitu relevansi
keluar dan relevansi kedalam, relevansi keluar maksudnya tujuan , isi, dan proses belajar dalam
kurikulum relevan dengan perkembangan kurikulum, dan relevansi didalam yaitu
ada kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen
kurikulum.
Ø Prinsip
fleksibilitas
Kurikulum
hendaknya memiliki sifat lentur dan fleksibel. Hal ini berarti dalam
penyelenggaraan proses dan program pendidikan harus di perhatikan kondisi
perbedaan yang ada dalam diri peserta didik.
Ø
Prinsip kontinuitas (kesinambungan)
Kurikulum
sebagai wahana belajar yang dinamis perlu dikembangkan terus menerus dan
berkesinambungahn. Kesinambungan dalam pengembangan kurikulum menyangkut saling
berhubungan antara tingkat dan jenis program pendidikan atau bidang studi.
Ø
Prinsip praktis
Kurikulum
memiliki prinsip praktis dimana kurikulum mudah dilaksanakan, menggunakan
alat-alat sederhana dan biayanya juga murah. Prinsip ini juga disebut prinsip
efisiensi.
Ø
Prinsip efektivitas
Efektivitas
dalam kegiatan berkenaan dengan sejauh mana apa yang direncanakan dan
diinginkan dapat dilaksanakan atau dapat dicapai.
b.
Prinsip Khusus
Ada beberapa prinsip yang lebih khusus dalam
pengembangan kurikulum,
prinsip-prinsip ini berkenaan dengan :
Ø Tujuan pendidikan
yaitu mencakup tujuan yng brsifat umum atau dalam jangka
panjang, menengah, dan jangkah pendek(khusus)
Ø Pemilihan isi pendidikan
Ø Proses belajar-mengajar
yaitu
menentukan strategi, metode, teknik yang cocok untuk digunakan dalam
proses pembelajaran.
Ø Prinsip berkenaan dengan pemilihan
media dan alat pembelajaran
Tipe-tipe prinsip pengembangan
kurikulum
pada dasarnya, tipe-tipe
prinsip pengembangan kurikulum merupakan tingkat ketepatan dan ketetapan prinsip yang digunakan. hal ini
ada kaitanya dengan sumber-sumber dari
prinsip pengembangan kurikulum iu sendiri. ada data, fakta, konsep, dan prinsip yang tingkat kepercayaannya tidak diragukan lagi karena sudah dibuktikan
secara empiris melalui penelitian berulang-ulang.
merujuk pada hal diatas,
maka prinsip pengembangan kurikulum bisa diklasifikasikan menjadi tiga tipe prinsip yaitu
Ø
anggapan kebenaran utuh
atau menyeluruh (whole truth)
adalah fakta, konsep dan prinsip yang diperoleh serta telah diuji dalam
penelitian yang ketat dan berulang, sehingga bisa dibuat generalisasi dan bisa
diberlakukan di tempat brbeda.
Ø
anggapan kebenaran parsial
(partial truth)
adalah suatu fakta, konsep, dan prinsip
yang sudah terbukti dalam banyak kasus namun belum dapat
digeneralisasikan.
Ø
anggapan kebenaran yang mas
membutuhkan pembuktian atau hipotesis
adalah prinsip kerja yang sfatnya tentatif, prinsip ini muncul dari
hasil deliberasi, pemikiran akal sehat.[6]
[1] Tim
Redaksi nuansa aulia, Himpunan
perundang-undangan tentang guru dan Dosen, (Bandung, CV. Nuansa Aulia, 3006)
H.121
[2]Sanjaya Wina, Kurikulum dan Pembelajaran,(Jakarta, Prenada Media Group ,
2008)
[3]ibid
[4]Subandijah,
Pengembangan dan Inovasi kurikulum, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Pesada.
1996)
[5] Nana
syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum :teori dan praktek( Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya, 2013), H.150
[6] Toto
Rukhimat, Ibrahim, Wina Sanjayah, dkk , Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta, Rjawali Pers, 2013) H.65
0 komentar:
Posting Komentar